TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel dilakukan
dalam rangka penghematan biaya, tenaga, dan waktu, namun karena cara
pengambilan sampel beraneka ragam teknik pengambilan sampel harus ditentukan
berdasarkan tujuan penelitian serta kondisi populasi seperti luas, sebaran dan
sebagainya.
Secara umum, teknik pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan acak (random sampling) dan tanpa acak (nonrandom
sampling). Dikatakan pengambilan sampel secara acak, bila pengambilan sampel
dilakukan sedemikian rupa sehingga probabilitas setiap individu diambil sebagai
sampel diketahui, sedangkan pada
pengambilan sampel tanpa acak, probabilitas
setiap unit untuk diambil sebagai sampel tidak diketahui dan factor subjektif
memegang peranan penting.
1.
Pengambilan
sampel secara acak.
Pengambilan
sampel secara acak (random sampling) mendasarkan diri pada prinsip peluang.
Artinya, setiap “individu” anggota populasi yang diteliti harus memiliki
peluang yang sama untuk dapat dijadikan sampel. Oleh karena itu, teknik random
sampling juga disebut teknik probability sampling. Agar setiap individu anggota
populasi berkesempatan untuk terpilih menjadi sampel dilakukan
pengacakan atau perandoman yang dilakukan dengan cara diundi. Dengan
cara demikian, sampel yang tercuplik benar-benar dapat mewakili populasinya.
Pengambilan sampel secara acaka
terdiri dari 5 jenis yaitu:
ü
Pengambilan
sampel acak sederhana (simple random sampling)
Yang
dimaksud dengan pengambilan sampel acak sederhana ialah pengambilan sampel
sedemikin rupa sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang
sama untuk diambil sebagai sampel.
Cara
ini merupakan cara sederhana, namun dalam praktek jarang digunakan secara
tunggal terutama dalam pengambilan sampel terhadap populasi yang besar, tetapi
caa ini mempunyai arti yang ssangat penting karena pengambilan sampel acak
sederhana merupaakan acak dari pengambilan sampel yang lain.
Contoh:
Misalnya
dalam melakukan sebuah penelitian tugas akhir
dibutuhkan 20 sampel, sedangkan populasi penelitian berjumlah 200 orang.
Maka
disini, si peneliti harus melakukan undian mendapatkan sampel pertama.
ü
Pengambian
sampel acak dengan stratifikasi
Merupakan
pengambilan sampel yang dilakukan dengan membagi populasi menjadi beebrapa
strta dimana setiap strata adalah homogen, sedangkan antar strata terdapat
sifat yang berbeda, kemudian dilakukan pengambilan sampel pada setiap strata.
(Sumber: Budiarto, Eko.(2002).
Metode Penelitian kedokteran. Jakarta. Penerbit buku kedoteran EGC)
Contoh:
Misalnya
disni kita melalukan penelitian tentang perilaku merokok mahasiswa arsitektur
universitas trisakti.
Dari
1000 mahasiwa dibuat strata laki-laki dan strata perempuan diperoleh strata
laki-laki 400 orang dan strata perempuan 600 orang . disini misalnya peneliti
membutuhkan 100 sampel maka masing-masing strata diambil 50 sampel (100/2).
Proposi strata laki-laki (400/1000)x100=40. Maka sampel yang diambil dari
strata laki-laki sebanyak 40 sampel. Dan
untuk strata perempuannya (600/1000)x100=60. Jadi disini sampe yang diambil ari
strata perempuan sebanyak 60 sampel.
ü
Pengambilan
sampel acak bertahap
Cara
ini merupakan salah satu model pengambilan sampel secara acak yang
pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi
kemudian diambil sampelnya. Sampel fraksi yang dihaslkan dibagi lagi menjadi
fraksi-fraksi yang lebih kecil dan diambil lagi sampelnya. Pembagian fraksi ini
dilakukan terus sampai pada sampel yang diinginkan. Unit sampel pertama disebut
primary sampling unit (PSU.)Pengambilan sampel acak bertingkat ini biasanya digunakan
bila kita mengambil sampel dengan jumlah yang tidak banyak pada populasi yang
besar.
Contoh:
Misalnya
akan diadakan penelitian tentang pola pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan
oleh penduduk sebuah kota. Disini, kota tersebut menjdi populasi studi dengan RT
sebagai unit sampel dan kelurahan kelurahan sebagai PSU. Dari jumlah PSU
tersebut diambil sampel dengan cara acak sedrhana kemudian sampel kelurahan
dibagi menjadi RW dan diambil sampelnya.
Selanjutnya, dari sampel RW diambil sampel RT dan semua penduduk dewasa dalam
RT tersebut merupakaan sasaran penelitian.
ü
Pengambilan
sampel acak sistematik
Dikatakan
pengambilan sampel acak sistematis bila pengambilan sampel acak dilakukan
dengan berurutan dengan interval tertentu.besarnya interval (i) dapat ditentukan
dengan membaagi populasi (N) dengan jumlah sampel yang diinginkan (n) atau I =
N/n.
Contoh:
misalnya
kita akan meneliti pola penyakit selama 1 tahun yang terjadi disuatu rumah
sakit maka kartu penderita merupakan populasi studi.
Misalkan
terdapat 1000 kartu dan akan diambil menjadi sampel 10% atau 100 buah kartu
denan interval 1000/100=10
Pengambilan
sampel pertama yang terletak anata nomor urut 1-10 dapat dilakukan dengan acak
sederhana atau diambil kartu yang terletak ditengah antara kartu pertama dengan
kartu kesepuluh.
Selanjutnya
diambil sampel dengan interval 10 sampai dengan jumlah yang kita inginkan.
Mislnya sampel pertama adalaah nomor urut 5, maka sampel kedua adalah nomor
urut 15 dan sampel ketiga adalah nomor urut 25 dan seterusnya.
ü
Pengambilan
sampel kelompok (cluster sampling)
Pengambilan
sampel kelompok dilakukan bila kita akan mengadakan suatu penelitian dengan
mengambil kelompok unit dasar smpel.
Contoh:
Disini
misalnya kita mengadakan penelitian di universitas Trisakti tentang status gizi
universitas Trisakti maka sebagai unit sampel adalah universitas Trisakti. Bila
seluruh sampel mahasiswa universitas trisakti diteliti status gizinya maka
disebut one stage simple cluster sampling.
Bila
setelah diperoleh sampel universitas dilakukan pengambilan sampel lagi maka
disebut two stage simple cluster sampling.
2.
Pengambilan
sampel tanpa acak.
Pengambilan sampel tanpa acak ini
digunakan bila kita ingin mengambil sampel yang sangat kecil pada populasi
besar karena pada kondisi demikian dengan cara apapun tidak mungkin mendapatkan
sampel yang dapat mengambarkan keadaan populasinya, bahkan mungkin dengan
pengambilan sampel tanpa acak akan menghasilkan bias yang lebih kecil
dibandingkan pengambian sampel secara acak
Pengambilan sampel tanpa acak yang
akan diurai meliputi:
1.
Pengambilan
sampel seadanya
2.
Pengambilan
sampel berjatah
3.
Pengambilan
sampel dengan pertimbangan
1. Pengambilan sampel seadanya.
Pengambilan
sampel yang dilakukan secara subjektif oleh peneliti ditinjau dari suut
kemudahan, tempat pengambilan sampel, dan jumlah sampel yang akan diambil.
dalam dunia kedokteran, cara ini sudah tidak digunakan lagi, tetapi masih
digunakan dalam bidang social ekonomi dan politik untuk mengetahui opini
masyarakat tentang suatu hal.
Contoh:
Apabila
kita meneliti tentang pendapat masyarakat terhadap larangan merokok karena
merugikan kesehatan , untuk pengambilan sampelnya maka peneliti cukup brdidr
dipinggir jalan lalu menanyakan kepada orang-orang yang ebetulan lewat
tergantung keinginan peneliti dengan jumlah yang seadanya ssampai sudah merasa
cukup. Selanjutnya, data yang dikumpulkan di olah dan ditarik
kesimpulannya.kesimpulan yang ditarik tersebut akan menghasilkan bias yang
sangat besar.
2. Pengambilan sampel berjatah.
Caranya
hamper sama dengan pengambilan sampel seadanya , tetapi dengan control yang
lebih baik untu mngurangi bias.pelaksanannya sangat tergntung pada peneliti
tetapi dengan jumlah dan juga kriteria yng suah ditentukan sebelumnya.
Contoh:
Misalnya
kita melakukan penelitian mengenai tingkat pendidikan masyarakat. Dalam hal
ini, telah ditntukan dengan jumlah 100 orang dengan kriteria 50 orang laki-laki
dan 50 orang perempuan yang berumur antar 25-35 tahun, tetapi disini 50 orang
laki-laki an 50 orang perempuan yang akan diwawancarai atau yang akan dijadiin
sampel untuk diawancarai tergantung sepenuhnya
pada peneliti.
3. Pengambilan sampel dengan
pertimbangan.
Dikatakan
pengambilan sampel dengan pertimbangan bila cara pengambilan sampel dilakukan
dengan sedemikian lupa sehingga kewakilannya ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimangan orang-orang
berpengalaman. Cara ini bisa dikatakan lebih baik dari dua cara sebelumnya
karna dilakukan berdasarkan pengalaman dari berbagai pihak.
Contoh:
Pengambilan
sampel satu desa dalam suatu kabupaten yang dapat mewakili akan sangat sulit
dilakukan secara acak. Dalam kondisi demikian maka cara yang memadai adalah
dilakukan pengambilan sampel dengan pertimbangan orang-orang yang sudah
brpengalaman hingga didapat sampel yang cukup dapat mewakili suatu kabupaten
tersebut.
Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka saya
mengambil kesimpulan bahwa metode pengambilan sampel dapat dilakukan dalam
rangka penghematan biaya, tenaga dan waktu. Namun karena cara pengambilan
sampel harus ditentukan berdasarkan tujuan penelitian dan kondisi populasi
seperti luas, sebaran dan sebagainya. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan cara acak (random sampling) dan tanpa acak (nonrandom
sampling). Pengambilan sampel
secara acak dilakukan secara objektif sedemikian rupa sehingga propabilitas
setiap unit sampel diketahui, sedangkan pengambilan sampel tanpa acak dilakukan
sedemikian rupa sehingga propabilitas setiap unit sampel tidak diketahui dan
faktor subjektif memegang peran penting. Oleh karena itu, pengambilan sampel
tanpa acak ini, walaupun dilakukan sedemikian rupa sehingga mempunyai tingkat
kewakilan yang tinggi, tetapi tidak dapat dievaluasi secara objektif.
(Sumber: Budiarto, Eko.(2002). Metode Penelitian kedokteran. Jakarta. Penerbit buku kedoteran EGC)
(Sumber: Sarwono,jonathan.(2003). metode penelitian kuantitatif.yogyakarta)