Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

KEHIDUPAN DI IBUKOTA JAKARTA


""tak ada bedanya,,,, kota maupun pedesaan,,,""

Kemarau panjang dampaknya tidak hanya bagi orang pedesaan, orang perkotaan pun pasti kebagian merasakannya,termasuk dikota jakarta(kota metropolitan). Mungkin yang membedakan, jenis atau macam dampaknya saja. jika didaerah timur sana khsusnya flores(karna saya berasal dari flores makanya saya ambil contoh daerah flores) kemarau panjang akan menyebabkan gagal panen,entah itu kopi,cengkeh,padi, dsb,

Bagaimana dengan kota jakarta, dampak yang terasa diantaranya adalah suhu udara yang semakin panas. Mereka yang berduit mungkin cukup tertolong dengan adanya pendingin ruangan(AC). Bagi yang "belum" memiliki pendingin ruangan, yaa... jalanin n nikmati ajalahh...

Tapi, ada sebuah kejadian menarik yang berhubungan dengan dampak kemarau panjang di ibu kota negara. Bukan cuma suhu udara yang memang sudah cukup panas, masalah kekeringan juga ternyata cukup terlihat mulai merata. Kata sebagian orang, warga ibu kota itu individualistis, tidak pedulian, sibuk dengan urusan masing-masing dan banyak lagi hal-hal minus tentang kehidupan sehari-harinya. Tapi kenyataannya tidak. kebetulan  saya pernah melihat beberapa orang berkumpul di sudut-sudut rumah warga. Bukan sedang berdemo, juga bukan sedang berunjuk rasa, melainkan mereka sedang mengantri untuk mendapatkan air bersih. Ya! Air menjadi barang istimewa saat ini bagi sebagian warga Jakarta. Air dari perusahaan air minum yang tersendat bahkan lebih sering kering, tidak mengalir.Maka, solusi "berbagi air" dengan tetangga yang masih mendapatkan limpahan air, biasanya mereka yang menggunakan fasilitas sumur bor air tanah, adalah cara paling ekonomis dan praktis. 
Yang menarik untuk diceritakan adalah tidak biasanya mereka harus "berbagi air" dari rumah orang yang biasanya segan untuk dikunjungi. Karena normalnya, tetangga mereka itu adalah orang yang dianggap termasuk kategori "hal minus" tentang warga ibu kota tadi. Pada hari-hari biasa, jangankan untuk masuk ke pekarangan rumahnya, yang berpagar tembok yang tinggi dan pintu gerbang rumah yang selalu tertutup rapat. Tapi, beberapa hari ini mereka sering tampak berkumpul disana. 

Hal biasa memang, tapi yang menurut saya luar biasa adalah bagaimana "berbagi air" dapat mencairkan anggapan-anggapan minus, walaupun mungkin hanya sementara. Tuan rumah yang stok airnya masih berlimpah rela berbagi dengan tetangganya, tidak ada perbedaan status diantara mereka, bahwa satu dan lainnya seolah sadar tanpa doktrin dan komando, mereka sama-sama membutuhkan air. 

 Air merupakan simbol kehidupan. Dunia ini sebagian besar adalah air. Tubuh kita, sebagian besar adalah air. Air yang mengalir di dalam tubuh adalah penopang hidup. Air yang mengalir di seluruh bumi adalah sumber berbagai kehidupan di dalam dan sekitarnya. Air adalah berkah yang tak terhingga dari Tuhan YME, Maha Pencipta n penguasa Alam Semesta.
Air yang berlimpah di sebagian rumah mereka manakala di rumah-rumah tetangga yang lain menjadi langka, pastilah berkah Tuhan yang dilimpahkan kepada mereka yang berhati baik. Air mencerahkan hati dan menyejukkan jiwa si pemilik rumah. Hingga dengan kehendak-Nya, maka, mengalirlah berkah itu kepada tetangga disekeliling rumahnya pula.
Tidak terlihat raut muka yang "abu-abu", berpura-pura baik, semua ceria, canda dan tawa terlihat diantara mereka, ibu-ibu, suami-suami mereka, anak-anaknya juga, yang sedang bergantian mengisi tempat-tempat air masing-masing. Tertib.  Si tuan rumah yang ramah dan tetangganya yang sudah barang tentu lebih sopan. Indah. 

Masalah? Ya! Air terkadang menjadi masalah. Saat musim hujan, air yang terlalu berlimpah, menjadi masalah. Banjir. Dan, di musim kemarau yang panjang, air pun menjadi masalah. Ada baiknya, setiap masalah dapat diselesaikan dengan sama-sama. Tidak perlu menunggu orang lain, petugas jasa pelayanan, bahkan pemerintah. Apalagi hanya bisa menyalahkan tanpa memberi solusi. Akan lebih bijaksana, kiranya setiap apa yang Tuhan beri dan kita nikmati, kita dapat syukuri. Solusi terbaik adalah dimulai dari memecahkan masalah terkecil, terdekat dengan hidup kita. Seperti apa yang saya katakan tadi dengan "berbagi air" maka telah "berbagi masalah" dan satu masalah pun selesai. Semoga.

KERISUHAN DI IBUKOTA JAKARTA


Apakah ibukota negara harus pindah???

Kota Jakarta yang merupakan kota metropolitan tak terpisahkan dari kata banjir atau kemacetan. Agaknya untuk sementara waktu kondisi seperti itu harus ditrima dengan lapang dada bagi penghuni ibukota negara ini, karena seperti kita ketahui para pakar atau para pemerintah belom mampu membenahi ibukota ini sesungguhnya seperti yang diharapkan.
Bayangkan hampir tiap tahun di ibukota selalu ada pembangunan, baik itu pembangunan dibidang ekonomi,pemerintahan, maupun pendidikan. Sehingga tak heran apabila setiap tahun bahkan setiap bulan selalu ada warga dari luar yang berbondong atau yang mengadu nasib di ibu kota negara ini.

semua itu bisa saja kerena sekarang ini tidak ada lagi istilah yang mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan, melainkan yang ada hanyalah mengutamakan kepentingan  golongan atau pribadi diatas kepentingan umum, dan lebih parah lagi kepentingan pribadi/golongan itu diharuskan untuk selalu tercapai. Sehingga tak heran jika lau disetiap ada pergantian pemerintahan/ jabatan pasti kepentingan partainya selalu dikedepankan alias selalu tercapai sementara untuk kepentingan rakyat dilupakan begitu saja.
Nah sekarang kita kaitkan dengan pemberataan pembangunan dan penataan kota. Disini bisa dibilang para pemerintah buta akan keadaan jakrta yang mana sector pembangunan dijakrta selalu diadakan. Sementara sudah jelas2 keadaan jakrta sudah dibilang tak cocok atau sudah tak mampu lagi untuk meningkatkan pembangunan khususnya dilapangan pekerjaan.

Pembangunan negri ini tidak merata bayangkan semua pembangunan selalu terpusat  dijakarta. Sementara jika kita lihat Indonesia ini memiliki potensi wilayah yang sangat luas dan memiliki keunikan masing2 disetiap daerah dan cocok dijadikan untuk tempat pembangunan. Dengan hal ini tak heran kalau banyak orang2 daerah yang berbondong untuk mengaduh nasib di ibukota negara ini. Sehingga dampaknya bagi ibukota sendiri adalah macet. Coba kalau misalnya pemerintah propinsi DKI mempersulit persetujuan pembukaan usaha dijakarta, dalam hal ini adalah persetujuan surat izin buka usaha dijakrta bagi perusahan swasta. Mempersulit disini buka berarti meniadakan melainkan memberikan peluang kepada para pengusaha untuk menciptakan lapangan kerja diluar ibukota ini. Sehingga karena adanya aturan ini, makan sudah pasti perusahan swasta akan memindahlan tempat usahanya diluar Jakarta. Dengan ini  para pencari pekerjaan tidak terfokus untuk mencari lapangan pekerjaan dijakrta sehingga berkurangnya kemacetan diibukota.

Dari tulisan diatas, saya dapat mengambil dua kesimpulan yang cocok terhadap apa yang terjadi diibukota sekarang ini,
Yang pertama terjadinya pembangunan yang sangat-sangat tidak merata. Disini sebenarnya dilakukan tinjauan ulang terhadap tindakan pemrop DKI terhadap surat izin buka usaha terhadap perusahaan swasta. Sebaiknya pemrop DKI memberikan surat izin buka usaha didaerah sekitar Jakarta. Tetapi kalau dipikir-pikirkan juga  mana mungkin memberikan proyek besar yang dapat mendapatkan keuntungan yang besar kepada pihak lain. Sehingga tak heran kalau saya katakana pembangunan yang hanya mengedepankan kepentingan golongan/pribadi diatas kepentingan umum. Pembangunan selalu dijakarta dan akan mendapatkan dampak terhadap ibukota itu sendiri.
Seperti yang saya katakana tadi mempersulit persetujuan surat izin usaha terhadap pengusaha swasta, sehingga denggan berpindahnya tempat usaha tersebut sehingga para pencari kerja tidah hanya terfokus untuk mencari kerja dijakarta sehingga bisa mengurangi sedikit kemacetan dijakarta.
Tetapi “kapankah pemrop akan buka mata terhadap kondisi ibukota yang sangat2 memprihatinkan sekarang?? Yang mana disini pembangunan itu jangan terpusat dijakarta saja melainkan menyebar kedaerah-daerah sekitarnya!!!!!!!
Kesimpulan yang kedua dari tulisan saya sebelumnya mengadakan atau menciptakan aturan yang mana isinya mempersulit surat izin buka usaha diibu kota. Disini seperti yang saya bilang sebelumnya, jikalau pemprop mempersulit pesetujuan surat izin buka usaha diibukota, maka bukan tidak mungkin para pengusaha diperusahan swasta akan memindahi tempat usaha mereka diluar ibukota, sehingga dampaknya bagi para pengadu nasib dijakarta akan balik lagi kedaerahnya dan mencari kerja diluar ibukota. Dan dampak bagi ibkota itu sendiri akan mengurangi kepadatan penduduk dan sudah pasti kemacetan akan berkurang.
Untuk direnungkan saja, “kapankah pemprop DKI akan mempersulit persetujuan surat izin usaha diibukota sementara perkembangan pembangunan dan kepadatan penduduk terus meningkat?????

Ibukota simetropolitan yang selalu dibangga-banggakan tetapi selalu menimbulkan kegelisahan para penghuninya!!!
 
Copyright © -2012 ARCHITECTURE DAN KOTA All Rights Reserved | Template Design by ARCHITECTURE DAN KOTA |