Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

TUGAS SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR DUNIA

SEJARAH ARSITEKTUR KLASIK
Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik medesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenik dan kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani.
Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalam beberapa alasan, jenis arsitektu rumah  ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, pemerintahan,dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.  Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci.

Arsitektur Klasik Saat Ini Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang. Bangunan dengan gaya klasik memiliki ukuran yang melebihi kebutuhan fungsinya. Memiliki komposisi bangunan yang simetris dengan tata letak jendela yang teratur (monoton).

CIRI-CIRI ARSITEKTUR KLASIK

Secara umum, ciri dari arsitektur klasik adalah sebagai berikut:
  1.  Memiliki banyak sekali ornamen atau hiasan hampir di setiap sudut bangunan.
  2.  Penggunaan kolom dan balok (entablature) sebagai elemen utama.
  3. Biasanya berupa bangunan yang besar dan megah dengan waktu pengerjaan yang cukup lama dikarenakan sedikitnya jumlah pekerja.
  4.  Memanfaatkan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan keindahan bangunan-bangunan utamanya.
  5. Bahan utama menggunakan bahan yang langsung diambil dari alam.
  6. Setiap bangunan pada arsitektur Yunani Kuno adalah bagian integral dari seluruh struktur keseluruhan, karenanya peninggalannya (walau tidak sempurna) dapat direkonstruksi menjadi suatu bangunan yang sebenarnya
(Hemingway, 2003).

 ARSITEKTUR KLASIK YUNANI

SEJARAH ARSITEKTUR KLASIK YUNANI
Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri.
Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri hingga era modern dimana pulau utama yang bergunung-gunung dan pulau-pulau lainnya yang terpencar berkembang menjadi city states yang merupakan kebiasaan yang terjadi dalam persaingan. Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete (3000-1400 SM) dan berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana Knossos. Kemudian digantikan dengan budaya Mycenae dan Tiryns pada daratan utama. Kemunduran terjadi pada 1100 SM dimana merupakan masa kegelapan dengan beberapa peninggalan yang masih bertahan. Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323 SM) dimana memperlihatkan perkembangan dari kota besar sebagai pusat komunitas, penemuan kota yang baru dimana munculnya Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah penentuan kemenangan melawan Persia serta perkembangan dalam hal demokrasi.
Zenith merupakan peraturan Pericles (444-429 SM) dengan fantasi bunga dalam filosofi, seni, literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini berkembang dan direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya Parthenon. Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi oleh iklim dimana kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah memperkuat bayangan dan membersihkan pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape yang begitu kuat. Batu gamping dan marmer lokal pun tak kalah memberikan nilai yang berkualitas.
Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander Agung yang mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentuk-bentuk bangunan besar (great styles) tetap berlanjut walaupun dengan kekuatan yang lebih sedikit dan adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan-bangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak kehilangan struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale. Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya merupakan bangunan– bangunan publik terutama kuil dan teater. Namun, beberapa rumah biasa juga tetap bertahan.
(Istiqomah, dkk, 2014).

KARAKTERISTIK ARSITEKTUR KLASIK YUNANI:
  1.          Terletak di daerah yang kaya akan batu kapur dan marmer.
  2.          Geografis yang beragam, sehingga setiap tempat menjadi istimewa dan memiliki karakter, lalu dipersonifikasikan sebagai dewa-dewa.
  3.          Kuil-kuil Yunani hanya berisi patung dewa, tidak ada ruang Imam seperti di Mesir.
  4.          Kuil Yunani tidak digunakan untuk pemujaan terhadap Dewa, tapi tempat tinggal para Dewa yang melindungi mereka.
  5.         Prinsip statis diterapkan pada arsitektur Yunani (Papageorgiou, 1977). Ini memungkinkan obyek dapat diamati dari berbagai sudut pandang.


TIPOLOGI ARSITEKTUR KLASIK YUNANI
·    Megaron (rumah tinggal) yang terbuat dari kayu dan menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Megaron inilah yang kemudian menjadi preseden dalam membuat arsitektur tradisional Yunani (baik itu berupa tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll.)
  
   Partheon (kuil paganism Yunani) adalah salah satu contoh arsitektur tradisional Yunani yang nantinya akan menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan hingga kini.
                                            
        Gambar Athens Parthenon, Yunani                                                   Denah Partheon

Kuil Parthenon merupakan permata Acropolis yang dibangun dengan marmer pentelic. Parthenon
merupakan bangunan yang sangat menonjol dan merupakan pusat dari Acropolis. Parthenon
dibangun antara 447-432 SM sebagai karya dari arsitek Ictimus (Iktinos) dan Callicrates (Kallikrates)
dan ahli pematung Phidias (Pheidias). Bangunan Parthenon dikatakan sebagai 'kesempurnaan terbesar
dari karya kuil Doric yang pernah di bangun‟, sebuah penampilan dengan proporsi sempurna yang
dihasilkan oleh ahli maya-loka Athena. 

    Agora (public space, selasar tempat masyarakat bernteraksi yang terdapat di jalanan), bouleterion
(balai dewan) gymnasium (sekolah), pastanium  (kantor walikota), stadion, & teather.
Bangunan-bangunan di Yunani menggunakan prinsip post linthel yang merupakan penemuan struktural pertama yakni dua kolom yang dapat mendukung unsur horizontal.

                         
                       Gambar Athens Treassure, Yunani, memperlihatkan struktur post linthel

     Stoa (kolom) merupakan elemen arsitektural estetis yang ditonjolkan sehingga kedepannya di beberapa polis setiap kolom memiliki ciri khasnya sendiri seperti, doric (dari Doria), ionic (dari Ionia), dan corintian (dari Corintia). Kolom-kolom tersebut dibangun menggunakan rasionalitas masyarakat Yunani yang kemudian dibakukan dalam sebuah aturan desain yakni golden section dan greek order.

                                     
                         Gambar detail stoa menurut greek order (dari kiri ke kanan, doric, ionic, corintian)

                         
Gambar Athens Parthenon yang menggunakan rasio golden section dalam setiap pertimbangan desainnya

Ilustrasi kolom pada Athens Parthenon yang digembungkan sebagai ilusi mata untuk memperlihatkan kolom yang lurus jika bangunan tinggi tersebut dilihat dari depan, hal ini menunjukan hebatnya rasio peradaban ini.

 
Gambar Nashville Parthenon, Amerika Serikat, replika Athens Parthenon, Yunani

         Teater terbuka (untuk public meetings dan pementasan drama). Teater pada umumnya yang ditetapkan dalam suatu lereng bukit di luar kota itu , dan mempunyai tempat duduk berupa barisan yang ditetapkan dalam suatu seperdua lingkaran di sekitar area pusat orkes atau acara. Di belakang orkes adalah suatu bangunan rendah yang disebut skene, yang mana bertindak sebagai suatu gudang, suatu kamar ganti, dan juga sebagai latar belakang pada tindakan yang berlangsung di dalam orkes atau pertunjukkan tersebut.
Teater Herodes Atticus, Athena

         Palaestra (gymnasium). palaestra atau ruang olah raga. Ruangan ini sangat terbuka dengan atap terbuka menghadap ke langit dan dilapisi dengan colonnades, digunakan untuk kejuaraan atletik dan latihan juga sebagai pusat perkumpulan kegiatan sosial dan juga tempat perkumpulan kaum pria. Kota Yunani juga perlu sedikitnya satu bouleuterion atau sidang, suatu bangunan yang besar yang sebagai ruang pertemuan yang menempatkan dewan kota ( boule) dan sebagai gedung pengadilan. Karena Yunani tidak menggunakan bangunan lengkung atau kubah, mereka tidak bisa membangun ruang besar tanpa didukung oleh atap, bouleuterion adalah baris tiang dan kolom internal yang digunakan untuk menopang atap atas.
 
Contoh Palaestra

 
Copyright © -2012 ARCHITECTURE DAN KOTA All Rights Reserved | Template Design by ARCHITECTURE DAN KOTA |